Dinasti Thuluniyah, Mesir
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat
Ahmad bin Thulun
1. Ahmad bin Thulun
Ahmad bin Thulun (Bahasa Arab: أحمد بن طولون;
lahir di Baghdad, September 835 - meninggal di Mesir,
Maret 884 pada umur 53 tahun) adalah pendiri Dinasti
Thuluniyahyang memerintah Mesir secara singkat dari tahun 868 dan 905 M. Awalnya ia
dikirim oleh khalifah Abbasiyah sebagai gubernur untuk Mesir, Ibnu Thulun malah
menjadikan dirinya sebagai penguasa yang terpisah dari Kekhalifahan Abbasiyah.
2.
Kehidupan Awal
Ibnu Thulun lahir di Baghdad
saat bulan Ramadhan 220 H atau September 835. Ayahnya, Thulun,
adalah salah satu budak dari Orang
Turki yang termasuk dalam sebuah
hadiah yang dikirim oleh gubernur Bukhara kepada Ma'mun Ar-Rasyid, Khalifah Abbasiyah, sekitar tahun 815 sampai
816. Pengadilan Abbasiyah mengrekrut budak-budak Turk sebagai petugas militer,
dan Thulun yang bernasib baik, akhirnya menjadi komandan pengawal pribadi
Khalifah.
Keluarga ini pindah ke Samarra
pada tahun 850, dan Ibnu Thulun mendapatkan pelatihan militernya disini, serta
belajar tentang ilmu agama. Dia kemudian ditunjuk sebagai komandan dari pasukan
khusus untuk Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 855. Thulun meninggal
sekitar tahun 855, dan istrinya menikah dengan komandan Turk yang berpengaruh
di istana, Bayik Bey (Bākbāk di
dalam beberapa sumber Arab). Ibnu Thulun menikah dengan Hatun, anak perempuan
dari seorang jenderal Turk yang berpengaruh dalam pengawal istana. Hatun
melahirkan 2 anak, yaitu: 'Abbas dan Fathimah.
3.
Berkuasa di Mesir
a.
Pindah
Setelah mengabdi di kampanye militer melawan Kekaisaran Romawi Timur di Kota
Tarsus, Ibnu Thulun mendapatkan kebaikan hati Khalifah Al-Musta'in. Dalam perjalanan pulang
ke Baghdad pada tahun 863, sang Khalifah menghadiahkan kepadanya seorang selir,
Meyyaz, yang darinya Thulun mendapatkan Khumarawaih,
anak laki-lakinya yang kemudian menggantikannya sebagai penguasa Mesir.
Pada tahun 868, Khalifah Al-Mu'tazz menunjuk Bayik Bey sebagai gubernur Mesir; sebagai gantinya Bayik Bey
mengirim Ibnu Thulun sebagai wali. Ibnu Thulun sampai di Mesir pada September
868.
b.
Berkuasa
Sesampainya di Mesir, Ibnu Thulun mendapati bahwa ibu kota Mesir
yang sudah ada, Fustat, yang
didirikan oleh Amru bin Ash pada tahun 641, terlalu kecil untuk
mengakomodasi tentaranya. Dia medirikan sebuah kota baru untuk dijadikan
sebagai ibu kotanya, Madinat Al-Qattha'i,
yang berarti Kota yang terbagi
empat. Al-Qattha'i didirikan dengan gaya kota-kota agung di Persia dan
Kekaisaran Romawi Timur, termasuk sebuah alun-alun besar, Hipodrom, sebuah istana gubernur dan
sebuah Masjid, yang dinamakan
atas nama Ibnu Thulun. Kota ini dihancurkan pada tahun 905 M, dan
hanya masjidnya saja yang selamat.
Awalnya, kekuasaan Ibnu Thulun di Mesir ditandai dengan sebuah
pergulatan untuk kekuasaan dengan kepala badan masalah keuangan, Ibnu
Al-Mudabbir. Ibnu Al-Mudabbir tidak disenangi oleh masyarakat karena tingginya
pajak (terutama terhadap penduduk
non-muslim, yang meliputi lebih dari setengah populasi Mesir) dan ketamakannya.[1]
B.
Peninggalan
Dinasti Thuluniyah adalah dinasti pertama yang menyatakan
merdeka dari Dinasti Abbasiyah. Kekuasaannya mencapai Mesir dan Suriah. Masa pemerintahannya sangat pendek dibanding dengan dinasti-dinasti
lainnya yang ada di Timur Tengah.
Dinasti yang didirikan oleh Ahmad bin Thulun ini hanya kuat
bertahan sekitar 37 tahun dari 868-905 M atau 254-292 H. Meski demikian Ahmad bin Thulun atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Ibnu Thulun merupakan sosok yang paling berpengaruh dalam pembentukan
Mesir sebagai negara yang lebih berdaulat.
Sejarah mencatat, sebelumnya Mesir merupakan bagian dari
Imperium Romawi (30 SM-642 M), empat khalifah pengganti Rasul (642-665), dan
Dinasti Umayyah (665-750).
Meskipun Ibnu Thulun memerintah dalam waktu yang sangat singkat,
ia telah banyak meninggalkan warisan bersejarah yang berharga. Berikut sejumlah
gedung peninggalan Dinasti Thuluniyah:
1.
Masjid Jami’
Masjid Ahmad bin Thulun dibangun pada 876 M dan rampung pada 879
M. Masjid yang terletak di kaki Bukit Jabal Yashkur diyakini masyarakat Mesir
sebagai masjid yang penuh berkah karena dapat melakukan segala aktivitas
keagamaan di dalamnya. Bisa dikatakan masjid ini merupakan salah satu
peninggalan orisinil terpenting peradaban Arab Islam di Mesir.
2. Qanathir Ahmad bin Thulun
Peninggalan Dinasti Thuluniyah yang bersumbangsih besar bagi
kehidupan masyarakat Mesir ketika itu, adalah sistem saluran air
(qanathir).
Masyarakat setempat menamakannya Qanathir Ahmad bin Thulun.
Saluran ini terletak di daerah tenggara kawasan al-Qatha'i. Secara fisik,
konstruksi saluran air yang disebut sejarawan dengan as-Siqiyah ini menyerupai
saluran yang ada pada masa kerajaan Romawi.
3. Klinik Kesehatan
Warisan lain dari Dinasti Thuluniyah adalah al-Maristan atau
al-Bimaristan yang merupakan nama bagi sebuah bangunan yang berfungsi sebagai
bagian klinik atau balai pengobatan umum bagi masyarakat (nonmiliter dan budak)
yang sakit.
Di al-Maristan ini semua warga boleh memanfaatkan fasilitas
klinik tanpa membedakan latar belakang suku dan agama. Selain memberikan
pelayanan kesehatan cuma-cuma, al-Maristan juga memberikan kenyamanan layaknya
rumah sakit modern.[2]
KEESIMPULAN
Ahmad bin Thulun (Bahasa Arab: أحمد بن طولون;
lahir di Baghdad, September 835 - meninggal di Mesir,
Maret 884 pada umur 53 tahun) adalah pendiri Dinasti
Thuluniyah yang memerintah Mesir secara singkat dari tahun 868 dan 905 M. Awalnya ia
dikirim oleh khalifah Abbasiyah sebagai gubernur untuk Mesir, Ibnu Thulun malah
menjadikan dirinya sebagai penguasa yang terpisah dari Kekhalifahan Abbasiyah.
Dinasti yang didirikan
oleh Ahmad bin Thulun ini hanya kuat bertahan sekitar 37 tahun dari 868-905 M
atau 254-292 H. Meski demikian Ahmad bin Thulun atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Ibnu Thulun merupakan sosok yang paling berpengaruh
dalam pembentukan Mesir sebagai negara yang lebih berdaulat.
DAFTAR
PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Tulun/Jumat,
16 September 2016/ pukul, 14:30 WIB.
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/07/12/oa7m5a313-3-peninggalan-dinasti-thuluniyah-di-mesir/jumat,
16 september 2016/pukul, 13:23 WIB.
Comments
Post a Comment