DINASTI QAJAR (1779-1925)

A.     Sejarah Berdirinya Dinasti Qajar
Dinasti Qajar (juga dikenal sebagai Ghajar atau Kadjar) atau dalam bahasa Persia: (سلسله قاجاریه - atau دودمان قاجار ) adalah sebutan umum untuk menggambarkan Iran (kemudian dikenal sebagai Persia) dibawah keluarga Dinasti Qajar yang berkuasa yang memerintah Iran sejak 1794 hingga 1925. Pemimpin Dinasti Qajar dan sekaligus pendiri kepemerintahan yaitu Agha muhammad Khan  dan ditetapkan sebagai syah (kaisar atau raja) 1779-1797 M.
Qajar adalah Dinasti yang berkuasa di Persia dan berpusat di Iran selama kurang lebih 150 tahun (1779 – 1924). Nenek moyang Dinasti Qajar adalah bangsa Turki. Selama abad ke-14, mereka bergerak memasuki kawasan Persia, Irak dan kawasan lain di Timur Tengah. Nama Qajar sediri diambil dari nama salah seorang tokoh mereka, yaitu Qajar Noyan, putra Sertaq Noyan, yang bekerja pada Dinasti Ilkhaniyah sebagai tutor Gazan Khan. Karir Qajar Noyan berakhir dengan dengan kematiannya di tangan Raja Baidu (w. 1295), karena tuduhan bersekongkol dengan penguasa sebelumnya yaitu Gaykatu (1291 – 1295).[1]
Pada awal abad ke-16, suku Qajar tampil memainkan peran dalam pejalanan sejarah Islam ketika ia besama enam suku Turki lainnya bergabung dalam barisan tentara Qizilbash ikut mendirikan Dinasti Safawi. Mengiringi kejatuhan Dinasti Safawi, Persia memasuki masa panjang pergolakan politik dan sosial. Suku Bakhtiyari, Qasyqayi, Afsyari, Zand dan Qajar saling betempur memperebutkan dominasi pusat kekuasaan. Pergolakan politik dan sosial tersebut baru berakhir ketika Aga Muhammad Khan, dari suku Qajar berhasil menduduki singgasana kerajaan. Kemudian ia menggalang aliansi militer dengan suku Bakhtiyari dan Afsyari untuk menaklukkan wilayah tengah Persia. Dan dengan bantuan penguasa propinsi Syiraz, Aga Muhammad Khan berhasil mengalahkan Dinasti Zand, sehingga daerah selatan Persia jatuh ke tangannya. Pada tahun 1779 Aga Muhammad Khan menjadi penguasa de facto atas hampir seluruh wilayah Persia.

B.     Wilayah Kekuasaan Dinasti Qajar
Di bawah Fath Ali Shah, dinasti Qajar melakukan perluasan dari utara ke Kaukasus Mountains, sebuah kawasan bersejarah dan berpengaruh. Ketika Muhammad Syah meninggal, anaknya Nashruddin menjadi penerusnya.  Selama Nashruddin Syah pemerintahan Barat berupa ilmu pengetahuan, teknologi, dan metode pendidikan yang diperkenalkan ke Iran dan negara modernisasi telah dimulai. Nashruddin Syah mencoba memanfaatkan rasa saling curiga antara Inggris dan Rusia ke Iran. Namun, dia tidak mampu mencegah Inggris dan Rusia mempengaruhi wilayah tradisional Iran.
Mirza Taghi Khan Amir Kabir, adalah pengganti Nashruddin. Dengan kematian Muhammad Syah di 1848, Mirza Taghi bertanggung jawab untuk memastikan mahkota  raja jatuh ke tangannya. Ketika Nashruddin berhasil naik takhta, dan dijuluki Amir Kabir. Salah satu prestasi besar Amir Kabir adalah bangunan Darul Funun, universitas modern pertama di Iran. Darul Funun didirikan untuk pelatihan kader baru administrator dan akuntan dengan teknik Barat. Dia menyewa para pakar dari Barat untuk menjadi instruktur serta mengajar mata pelajaran yang berbeda seperti Bahasa, Kedokteran, Hukum, Georgrafi, Sejarah, Ekonomi, dan Teknik.
Hubungan diplomatik yang berkesinambungan dan regular dengan kekuatan-kekuatan eropa berlangsung sejak pemerintahan Fat’h Ali Syah, ketika Persia dicoba di dekati oleh Inggris disuatu pihak, dan napoleon Prancis di lain pihak, disebabkan oleh letaknya yang strategis persisnya menghadap rute-rute perdagangan ke arah timur. Hasil sampingan perhatian dari barat ini berupa masuknya pendidikan dan teknik Eropa ke tubuh tentara Persia.[2]

C.     Penyelenggaraan Pendidikan Dinasti Qajar
Penyelenggaraan pendidikan pada masa dinasti Qajar ini yaitu mendirikan Darul Funun, yang didirikan di Teheran pada tahun 1851, Sekolah Politeknik yang merupakan salah satu bagian dari modernisasi yang dicanangkan oleh Mirza Taqi Khan Amir Kabir (Perdana Menteri Nassiruddin Qajar). Darul Funun merupakan lembaga pendidikan yang cenderung sekuler, berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang dirikan komunitas agama.
Darul Funun juga berfungsi sebagai pencetak tenaga militer yang baru dalam bidang balistik (roket militer) dan teknik militer serta pegawai sipil. Demikian juga di bidang pengobatan, ilmu pengetahuan dan matematika. Buku-buku Barat diterjemahkan ke dalam Bahasa Persia, banyak pula majalah dan buku yang diterbitkan. Sekolah-sekolah missionaris yang didirikan di Iran juga banyak mendatangkan teknik-teknik Barat ke Iran. Bahkan antara tahun 1878 dan 1880 penasihat Rusia dan Australia turut membantu Iran dengan mengorganisir kembali pasukan kaveleri dan membentuk Brigade Cossack (Kozak) .[3]

D.    Tokoh-Tokoh Cendikiawan Masa Dinasti Qajar
1.      Agha Muhammad Khan (1779 – 1797)
            Pada masa pemerintahan Agha Muhammad Khan, banyak disibukkan dengan perluasan wilayah-wilayah kekuasaannya seperti provinsi Syiraz, Isfahan, Tabriz dan Masyhad. Dia memusatkan kekuasaannya di Teheran sebagai ibu kotanya.
Ciri-ciri pada masa kekuasaan Aga Muhammad Khan :
a. Kepemimpinan Negara didasarkan kepada adat istiadat kesukuan dengan melibatkan secara langsung pemimpin Negara untuk membangun jaringan antar suku.
b. Mengadakan kerjasama antar suku guna memerangi suku lain yang menjadi saingannya, sekaligus memperkuat kekuasaannya sendiri.

2. Fath Ali Syah (1797 – 1834)
      Ciri-ciri pada masa kekuasaan Fath Ali Syah :
a.    Birokrasi Negara pada seluruh level pemerintahan dengan Teheran sebagai pusat kekuasaannya.
b.   Pembangunan angkatan bersenjata yang permanen.
c.    Pemberlakuan etika kerajaan sebagaimana dipakai oleh kerajaan Persia Kino.
Perkembangan dan perubahan birokrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata tersebut berkaitan erat dengan masuknya pengaruh Eropa ke Persia pada awal abad ke-19. Namun, masuknya Negara-negara Eropa seperti Rusia dan Inggris memiliki misi tertentu untuk menguasai daerah kekuasaan Qajar Persia. Pada tahun 1813, Dinasti Qajar mengalami kekalahan perang dengan Rusia, sehingga harus menandatangani perjanjian Gulistan yang menyatakan bahwa daerah Georgia, Kaukasus dan pengawasan pelayaran Laut Kaspia menjadi daerah kekuasaan Rusia, yang sebelumnya menjadi kekuasaan Dinasti Qajar. Hal tersebut menurunkan reputasi Dinasti Qajar di mata rakyat.
Rusia memperlakukan rakyat terutama para ulama dan penduduk muslim dengan kejam di daerah Kaukasus, ini merupakan ancaman langsung terhadap eksistensi umat Islam di Persia. Melalui mimbar khotbah dan pengajian, ulama mendesak pemerintah untuk melaksanakan jihad melawan Rusia. Fath Ali Syah memenuhi tuntutan rakyat sehingga pada tahun 1826 ia menyatakan perang melawan Rusia. Namun, untuk kedua kalinya Qajar mengalami kekalahan dan harus menandatangani perjanjian Turkomanchai pada tahun 1828.
3.      Muhammad Syah (1834 – 1848)
Pengangkatan Muhammad Syah sebagai raja Dinasti Qajar berjalan lancar berkat keterlibatan diplomatik Inggris dan Rusia. Bahkan inggris memberikan dukungan langsung secara militer dalam rangka menindas gerakan oposisi suku-suku lokal terhadap tahta kekuasaan Muhammad Syah. Dan sebagai imbalannya Muhammad Syah memberikan konsesi di bidang tarif dan hak ekstra territorial pada tahun 1836 dan 1841, pimpinan Qajar menandatangani fakta perjanjian. fakta ini menguntungkan Inggris karena memperoleh keistimewaan-keistimewaan sebagaimana diberikan penguasa Qajar sebelumnya kepada Rusia.
          Meningkatnya pengaruh Inggris dan Rusia menghadirkan dampak yang sangat dalam terhadap kehidupan rakyat Persia. Perkembangan industrialisasi di Eropa yang begitu pesat tidak saja membutuhkan bahan mentah untuk mekanisme industri, melainkan juga membutuhkan daerah-daerah untuk pemasaran produksi yang dihasilkan. Konsesi yang diberikan kepada Inggris dan Rusia telah menghasilkan perdagangan bebas di Persia dan mengakibatkan ekonomi Eropa semakin menusuk jantung perekonomian masyarakat Persia. Barang yang diproduksi oleh berbagai pabrik di Inggris dan Rusia dengan harga murah dan tarif import yang rendah mulai membanjiri Persia. Sebaliknya, para pedagang lokal menjadi lemah karena kualitas barangnya lebih rendah dan harus membayar pajak yang tinggi.
            Cengkraman kekuatan asing terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama ekonomi perdagangan, yang menyebabkan kelumpuhan ekonomi rakyat, telah menumbuhkan kebencian dan perlawanan terhadap kekuatan asing tersebut. Diantara gerakan perlawanan terpenting pada masa Muhammad Syah adalah perlawanan kelompok masyarakat Syi’ah Ismailiyah di bawah pimpinan Aga Khan, di wilayah Iran tengah dan selatan. Namun, Dinasti Qajar dengan bantuan militer Inggris dapat memukul mundur perlawanan tersebut.
            Di samping itu juga ada gerakan perlawanan yang dikenal dengan gerakan Mesiah, Pendiri gerakan ini adalah Sayid Ali Muhammad yang lahir di kota Syiraz pada tahun 1819. Dalam waktu yang relatif singkat (1844 -1850), gerakan ini telah menjadi gerakan perlawanan yang bersifat nasional dan telah menggoncang stabilitas politik Dinasti Qajar dan kepentingan asing di dalam negeri Qajar. Di tengah situasi seperti ini, Muhammad Syah meninggal dunia pada tahun 1848.[4]
        4. Nasiruddin Syah (1848 – 1896)
            Di bawah perlindungan dan jaminan Inggris Rusia, Nasiruddin Syah, naik menduduki tahta kerajaan dan menjadi penguasa Qajar yang paling lama berkuasa yakni dari tahun 1848 sampai 1896. Awal kekuasaan Nasiruddin Syah disibukkan dengan pemberontakan gerakan Mesiah. Pada tahun 1850 Nasiruddin dapat menangkap dan mengeksekusi pimpinan gerakan Mesiah, Sayid Ali Muhammad, dengan dukungan dan bantuan Inggris dan Rusia. Kesuksesan membasmi gerakan Mesiah tidak menjadikan Dinasti Qajar semakin mandiri. Sebaliknya, Dinasti Qajar semakin terjerembak dalam kekangan Inggris dan Rusia. Beberapa daerah kekuasaannya seperti Tashkent, Samarkand dan Bukhara dicaplok oleh Rusia. Dan pada tahun 1857 Nasiruddin mengalami kekalahan perang dan harus menandatangani perjanjian Paris.
         Pada tahun 1890, Nasiruddin memberikan konsesi kepada perusahaan Talbot dari Inggris untuk memonopoli produksi, penjualan dan ekspor tembakau yang banyak ditanam petani Iran. Modernisasi yang dilakukan oleh Nasiruddin Syah menimbulkan kebencian dan perlawanan masyarakat. Para intelektual menyerang kediktatoran para penguasa dan praktek korupsi yang meluas di kalangan penguasa. Kaum Bazari, memprotes atas konsensi yang diberikan Syah kepada orang asing yang mengakibatkan mereka bangkrut dan kalah bersaing. Para petani memprotes rendahnya daya jual hasil pertaniannya. Dan para ulama memandang bahwa kuatnya pengaruh asing akan membahayakan keberadaan agama Islam di Iran.
         Berbagai kebencian tersebut kemudian berkembang menjadi perlawanan nasional pada tahun 1891 – 1892. Ulama, intelektual, kaum Bazari, petani dan sebagian aparatur pemerintah berkoalisi berdemonstrasi di berbagai kota penting seperti Syiraz, Isfahan, Tabriz dan Masyhad. Sebuah fatwa dikeluarkan oleh Mirza Husein Syirazi, pemimpin ulama tertinggi (Marja’ at-Taqlid) komunitas Syi’ah, untuk melakukan boikot terhadap monopoli tembakau dan penghapusan konsesi yang diberikan kepada Inggris. Inilah yang kemudian disebut sebagai “The Tobacco Movement”. Akhirnya Nasiruddin Syah mengabulkan tuntutan para demontran dan sebagai akibatnya Dinasti Qajar menanggung hutang 500.000 pound sterling.
Pada tahun 1872 Nasiruddin mengadakan kerjasama dengan perusahaan Baron de Reuter dari Inggris untuk melakukan modernisasi dengan mengadakan perubahan-perubahan diantaranya:
a. Di bidang Ekonomi
1.      Pembangunan jalan rel kereta api
2.      Pengadaan listrik
3.      Mengekplorasi sumber mineral dan logam
4.      Membangun kanal dan irigasi seluruh negeri
5.      Membangun jalan raya
6.      Membangun jaringan telepon
7.      Membangun pabrik-pabrik
8.      mendirikan bank nasional               
b. Di bidang Militer
1. Pendidikan prajurit yang memadai
c. Di bidang Pendidikan
1.  Mendirikan perguruan tinggi modern “Darul Funun”
2. Administrasi dan birokrasi berbasis kekuasaan pemerintah pusat ala Eropa.
3. Penterjemahan buku ilmu pengetahuan dari bahasa Eropa ke dalam bahasa Persia

         Untuk membayar hutang Nasiruddin meminjam kepada Rusia. Hal tersebut membuat kemarahan rakyat timbul kembali dan pada tahun 1896 Nasiruddin Syah akhirnya dibunuh oleh salah seorang pengikut al-Afgani.
5. Muzaffaruddin Syah (1896 – 1907)
Di bawah pemerintahan Muzaffaruddin Syah, keadaan Dinasti Qajar semakin melemah. Masa kekuasaannya lebih banyak diwarnai oleh perebutan pengaruh antara Inggris dan Rusia, oposisi rakyat semakin kuat dan hutang yang semakin banyak.
Pada tahun 1900 Syah mendapat pinjaman dari Rusia sebesar 2.400.000 pound sterling dan dua tahun kemudian 1902 menerima pinjaman kembali sebesar 10.000.000 rubel. Hutang Syah yang meninggi, cengkeraman Rusia dan Inggris yang semakin kuat serta memburuknya perekonomian rakyat membuat suhu kebencian oposisi rakyat terhadap Dinasti Qajar semakin menaik. Situasi yang demikian membuat terwujudnya apa yang dikenal dalam sejarah dengan “Revolusi Konstitusional (1905 – 1911).
Revolusi tersebut memaksa agar Muzaffaruddin mendirikan Majelis Nasional, yang akhirnya didirikan pertama kali pada awal Agustus 1906 di Iran. Dengan kehadiran Majelis Nasional tersebut kehidupan rakyat mengalami perubahan hingga meninggalnya Muzaffaruddin Syah pada tahun 1907.
6. Muhammad Ali Syah (1907 – 1909)
Muhammad Ali Syah sangat membenci Majelis Nasional dan berambisi untuk membubarkannya. Dengan menggunakan kekuatan militer dan dibantu oleh Rusia akhirnya Syah dapat membekukan Majelis Nasional bahkan membunuh beberapa anggota Majelis Nasional.
Kejadian tersebut membuat perlawanan rakyat meluas kembali dan menuntut agar Majelis Nasional dibentuk kembali. Pada tahun 1909 akhirnya Majelis Nasional dibentuk kembali dan menuntut agar Muhammad Ali Syah Mundur dari jabatannya. Dan digantikan oleh putranya.[5]
7. Ahmad Syah (1909 – 1925)
Dinasti Qajar tidak mengalami kemajuan yang berarti di bawah pimpinan Ahmad Syah. Bahkan sebaliknya, kesatuan kedaulatan Qajar terpecah-pecah, wilayah utara Iran di bawah pengawasan Rusia, wilayah selatan di bawah pengawasan Inggris dan hanya wilayah tengah yang sempit sebagai zona netral. Di tambah lagi selama perang dunia 1, Iran digunakan sebagai salah satu medan pertempuran yang membuat Qajar semakin terpojok dan mengalami kerusakan ekonomi yang parah.
Lemahnya kekuasaan pusat Dinasti Qajar dimanfaatkan oleh Reza Syah, seorang militer karir, yang melakukan persiapan untuk mengambil alih kekuasaan. Dengan menggalang aliansi bersama Kabinet Ziauddin dan Qawam as-Sultanah, posisi reza Syah semakin kuat. Dengan dukungan militer yang terdidik secara modern dan terlatih, Reza Syah kemudian mengontrol hampir seluruh birokrasi pemerintahan. Dan pada tahun 1925 Reza berhasil mengakhiri keberadaan Dinasti Qajar dengan memecat Ahmad Syah sebagai penguasa terakhir. Sebagai gantinya, Reza memproklamirkan berdirinya Dinasti Pahlevi dan ia sendiri menjadi raja yang pertama.

Pada tahun 1872 Nasiruddin mengadakan kerjasama dengan perusahaan Baron de Reuter dari Inggris untuk melakukan modernisasi dengan mengadakan perubahan-perubahan diantaranya:
Bidang Ekonomi
1.Pembangunan jalan rel kereta api
2.Pengadaan listrik
3.Mengekplorasi sumber mineral dan logam
4.Membangun kanal dan irigasi seluruh negeri
5.Membangun jalan raya
6.Membangun jaringan telepon
7.Membangun pabrik-pabrik
8.mendirikan bank nasional


E.     Peninggalan-Peninggalan Dinasti Qajar
Salah satu mahakarya arsitektur Islam yaitu Istana Golestan, istana ini menyimpan sejarah panjang perkembangan dan penaklukan berbagai dinasti di Iran selama masa kekuasaan Islam abad pertengahan hingga modern. Istana Golestan jejak imperium Persia Islam, peninggalan yang saat ini masih terlihat di istana ini adalah integrasi karya seni bangunan zaman Persia awal dengan bangunan bergaya Barat. Istana berbenteng ini merupakan salah satu bangunan tertua di Teheran, Iran.
Istana ini pernah menjadi pusat pemerintahan Dinasti Qajar (1781-1925) dan sukses membesarkan Teheran hingga menjadi ibu kota negara ini. Istana ini di bangun dengan suasana alam, penuh dengan taman bunga, dan dilengkapi dengan kolam-kolam saluran air yang umum pada bangunan istana Islam pada abad pertengahan. Sebagian besar sisi bangunan istana menampilkan ornamen campuran yang kaya dengan karya seni tradisional Persia dan unsur arsitektur abad ke-19. Hal ini menjadikan seniman dan arsitektur Iran mengagumi bangunan istana ini dan menjadikannya sumber inspirasi bangunan khas Iran hingga saat ini.
Istana Golestan terdapat di wilayah paling tua dan bersejarah di jantung Kota Teheran. Istana ini yang dibangun pada awal Dinasti Safawiyah (1501 – 1736 M) dengan model kota yang dikelilingi benteng. Saat bangunan istana menjadi pusat pemerintahan Dinasti Qajar (1781-1925 M), bangunan ini kemudian mengalami pengembangan  dan pemugaran dengan penambahan sentuhan khas abad ke-19. Saat ini Istana Golestan memiliki delapan struktur bangunan kunci yang mana sebagian besar bangunan kini telah digunakan sebagai museum dan pusat taman hijau yang terlindung oleh kokohnya tembok istana. Dinasti Qajar adalah yang pertama kali memodifikasi arsitektur Istana Golestan ini dengan motif Victoria Eropa pada dekorasi interiornya.
Pengembangan dan renovasi pada era Dinasti Qajar ini untuk penggunaan tempat pemerintahan dan lokasi rekreasi raja-raja era Dinasti Qajar pada abad ke-19. Istana Golestan merupakan bukti sejarah kayanya seni dekoratif pada era Dinasti Qajar, terutama warisan dari peninggalan seni Nasiruddin Syah Qajar (1848-1896), yang merupakan raja keempat dari Dinasti Shah Qajar Persia. Istana ini pun menjadi pioner awal kemunculan gaya bangunan artistik modern Iran yang dipengaruhi nilai-nilai seni arsitektur Persia kuno dan gaya bangunan kontemporer Barat. Ini terlihat dengan cara pembangunan yang mengadaptasi penggunaan teknologi yang berkembang saat ini, seperti penggunaan besi cor untuk menahan beban. Dibawah ini ada beberapa contoh peninggalan-peninggalan pada masa dinasti Qajar.
Golestan Palace adalah peninggalan Kerajaan Qajar di Iran. Kompleks istana ini merupakan monumen sejarah tertua di Ibukota Iran, Teheran. Kompleks Golestan Palace memiliki 17 istana, museum, dan aula. Hampir semua bangunan di kompleks ini dibangun selama 200 tahun dinasti Qajar berkuasa. Masing-masing gedung memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Salah satu bangunan yang spektakuler adalah teras yang dikenal dengan Takht-e Marmar (singgasana marmer). Dibangun pada 1806 atas permintaan Fath Ali Shah Qajar (berkuasa 1797-1834). Tahta yang terletak di tengah teras terbuat dari marmer kuning dari Provinsi Yazd. Dihiasi dengan lukisan, ukiran marmer, semen, cermin, ukiran kayu, dan ukiran tahta yang menunjukkan bangunan ini menjadi yang terbaik dari arsitektur Iran. Tahta Marmer ini menjadi bangunan tertua dari peninggalan sejarah.
Tahta ini terbuat dari 65 potong batu marmer dan dirancang oleh Mirza Baba Naghash Bashi dari pengadilan Qajar. Ornamen dan detil hiasan lainnya dikerjakan setelah masa Fath Ali Syah dan Nasiruddin atau antara tahun 1848-1896. Tempat ini juga digunakan untuk penobatan raja-raja dinasti Qajar. Raja terakhir yang dinobatkan di tempat ini adalah Reza Khan Pahlevi pada 1925. Selain itu, tempat ini juga untuk mengadakan acara-acara resmi pengadilan.
Bagunan lain yang juga terletak di Golestan Palace adalah Khalvat Karim Khani. Tahun pembangunannya pada 1759. Bangunan ini merupakan bagian dari interior tempat tinggal Karim Khan Zand. Struktur dasar bangunan ini sama dengan Takht-e-Marmar. Ada singgasana kecil yang terbuat dari marmer di dalam Khalvat Karim Khani. Kebanyakan bangunan-bangunannya lebih kecil dari bangunan yang ada di Takht-e-Marmar.
Hoze Khaneh (Kolam Khaneh). Bangunan yang dikerjakan oleh perajin dari Eropa yang dipersembahkan untuk pengadilan Qajar. Bangunan ini difungsikan untuk kamar musim panas selama masa dinasti Qajar. Sistem pendingin khusus memompa air dari sistem saluran ke dalam kolam yang terletak di dalam kamar. Air yang dipompa ke kolam ini kemudian dialirkan untuk mengairi kebun dan taman kerajaan. Karena sistem ini menyebabkan kamar menjadi lembab, maka hanya difungsikan sebentar saja.
Talar Belerian (Hall of Brilliance). Merupakan karya brilian dari seniman Iran. Bangunan ini dihiasi dengan cermin-cermin. Hall ini dibangun oleh Nasiruddin.  Dibangun untuk menggantikan Hall Blolour atau Hall Kristal.
Talar Belirian terkenal dengan hiasan-hiasan kaca dan tempat-tempat lilin. Sebuah lukisan minyak karya Yahaya Khan Sanie-ol-molk Ghafari, menunjukkan dekorasi hall ini sebelum direnovasi oleh Muzaffaruddin Syah pada 1896-1907.



[1]. Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Jakarta: Perpuatakaan Nasional RI, cet II, 2003), h. 169 – 170.
[2]. Bosworth, C.E. Dinasti-dinasti Islam. (Bandung : Mizan, 1980)
[3]. Ira M. Lapidus.Sejarah Sosial Ummat Islam III. (Jakarta: Grafindo, 2000), hlm. 35
[4]. Hamka, Sejarah Umat Islam (Pustaka Nasional PTE LTD Singapura, Cet. V, 2005), hlm 474
[5]. Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Jakarta: Perpuatakaan Nasional RI, cet II, 2003), hlm. 175

Comments

Popular posts from this blog

DINASTI SAFAWIYAH

DINASTI SAMANIYYAH (873-998 M)